Kista ovari pada perempuan muda
health woman Thu, 01 Jul 2004 09:13:00 WIB Sebagai makhluk yang dianugerahi kemampuan melahirkan, kaum perempuan memiliki fungsi tubuh yang berbeda dibandingkan kaum lelaki. Perbedaan yang paling mendasar adalah wanita memiliki kandungan lengkap dengan 'instrumen' pendukung untuk melahirkan seperti tuba falopii, ovari, uterus, dan vagina.
Namun, banyak pula penyakit 'khusus wanita' yang menyerang bagian-bagian tubuh pendukung proses melahirkan itu. Di antara banyak kasus yang dijumpai, kista merupakan penyakit yang paling sering muncul.
Apakah kista itu? Sebenarnya kista adalah suatu istilah atas penjelasan umum yang berarti kumpulan cairan seperti darah, sekresi, dan lain-lain. Kista dapat terjadi dalam sejumlah organ tubuh seperti ovari (indung telur), payudara, hati, kulit, otak, dan lain-lain.
Beh Suan Tiong dari Thomson Medical Centre dalam seminar berjudul Ovarian Cycst and Fibroids: When and How to Treat menjelaskan bahwa kista dapat berkembang pada beberapa sistem alat kelamin perempuan seperti ovari (kista ovari), saluran rahim (kista fimbria), leher rahim (kista naboti), dan vulva (kista bartholin).
Tulisan ini secara khusus akan membahas tentang kista ovari, sebagai penyakit yang paling sering muncul pada wanita usia muda. Khusus untuk kista ovari, Beh menjelaskan bahwa kebanyakan tumor yang muncul dari ovari adalah kista, walaupun pada umumnya jarang yang merupakan padatan. Namun, jenis yang paling mencemaskan adalah campuran kista dengan area padatan karena pada umumnya kondisi ini dikaitkan dengan kanker.
Kista ovari dapat dibagi dalam tiga jenis yaitu, kista non-kanker (jinak), kista bersifat kanker (ganas), dan kista ambang batas ganas. Mengenai jenis ketiga ini mengapa dinamai kista ambang batas ganas, Beh mengatakan bahwa sampai saat ini dokter masih kesulitan memutus ganas tidaknya jenis yang satu ini. "Dibutuhkan penelitian yang mendalam dan menyeluruh," jelasnya.
Kista ovari non-kanker adalah kista yang paling sering dijumpai dan biasanya dialami oleh para wanita usia muda. Jenis yang umum dari kista ovari non-kanker adalah kista endometriosis (kista yang mengandung cairan kental coklat tua), kista dermoid, dan kista epitel seperti serous (berisi serum encer) dan mucinous (mengandung musin).
Belum jelas
Mengenai penyebab munculnya kista, sampai saat ini para dokter masih belum dapat memastikan dengan jelas, namun seperti diakui oleh Beh bahwa sama seperti penyebab kemunculannya yang tidak jelas, beberapa jenis kista juga dapat menghilang dengan sendirinya.
"Kista-kista seperti ini disebut kista fungsional atau kista fisiologi, dimana cairan terkumpul di dalam ovari setelah ovulasi (kista corpus luteal) atau sewaktu pertumbuhan telur (kista follicular)," ungkapnya.
Ada beberapa gejala yang muncul pada mereka yang menderita kista jinak. Masalah yang paling umum dikeluhkan adalah adanya nyeri di bagian perut bawah yang berulangkali, kadang semakin memburuk ketika haid. Gejala lainnya adalah nyeri sangat menusuk yang akut jika pecah atau dipilin.
Kista jinak juga dapat memberikan efek tekanan pada kandung kemih, rektum, dan peregangan perut sehingga meskipun dibilang jinak, namun kista ini dapat mempengaruhi fungsi ovari dan lebih jauh menyebabkan infertilitas, gangguan hormon, haid tidak teratur, dan berbagai efek lainnya.
Kista yang digolongkan jinak ini apabila terus tumbuh dan menjadi terlalu besar bahkan dapat merusak jaringan di sekeliling ovari. "Untuk itu, pendeteksian secara dini sangat diperlukan. Apabila Anda mengalami gejala-gejala tadi, segera hubungi dokter Anda," kata Beh.
Beh juga menambahkan bahwa kista tidak dapat benar-benar dipastikan sifatnya kecuali apabila kista itu dikeluarkan dan diperiksa dengan mikroskopik. Namun masih ada juga masalah yang berkaitan dengan pemeriksaan kista, seperti diakui oleh Beh "Pemeriksaan ultrasonografi, tes darah dan lain-lain hanya membantu dokter untuk membuat prediksi yang terukur baik, seringkali kami benar, tapi adakalanya prediksi kami keliru," tandasnya.
Kista jenis kedua adalah kista yang bersifat kanker (kanker ovari), kanker ini merupakan kanker yang paling sulit dideteksi dan diobati dan merupakan kanker saluran alat kelamin wanita paling umum ketiga setelah kanker leher rahim dan kanker uterus.
Kanker ovari berisiko lebih tinggi diderita oleh mereka yang pernah mengalami kanker payudara, kanker kolon (usus besar), dan juga pada mereka yang memiliki anggota keluarga yang pernah mengalami kanker jenis ini.
Sebuah penelitian seperti diungkapkan oleh Beh mengatakan bahwa asupan pil kontraseptif oral (contohnya pil KB) jangka panjang dapat membantu mengurangi risiko pengembangan kanker ovari.
"Kemungkinan kanker ini juga sangat kecil pada wanita yang telah sering melahirkan," tambah Beh.
Sulit dideteksi
Seperti telah disebutkan bahwa kanker ovari adalah jenis kanker yang paling sulit dideteksi dan diobati, hal ini diakibatkan karena pada tahap awalnya, kanker ovari menunjukkan sedikit sekali gejala atau bahkan tidak ada gejala sama sekali. Kondisi inilah yang menyebabkan mereka yang terkena penyakit ini ketika didiagnosa lebih dari setengahnya sudah berada pada tahap lanjutan sehingga kegagalan pengobatan/perawatannya menjadi lebih tinggi.
"Tidak ada gejala yang spesifik, meskipun ada paling hanya berupa rasa tidak nyaman pada perut bagian bawah, haid tidak teratur, berat badan turun, atau peregangan perut, namun gejala-gejala ini masih terlalu jauh untuk diindikasikan sebagai kanker," ungkap Beh.
Lantas bagaimana cara mengetahui secara dini seseorang mengidap kanker ovari? Tes darah (tes penanda tumor Ca125) dan ultrasonografi mungkin bisa memberikan peluang terbaik pendeteksian dini, "Tapi inipun terbatas," ujar Beh.
Jika pendeteksian dini sulit dilakukan, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana menangani kista ovari?
Mengenai penanganannya, Beh menjelaskan bahwa pengobatan kista ovari sangat tergantung pada banyak faktor seperti usia pasien, gejala, ukuran kista, fitur ultrasonografi, dan hasil tes darah (Ca125).
Tentang usia pasien misalnya, Beh mencontohkan kista bening kecil pada wanita muda usia mungkin hanya perlu diawasi dan mengulangi ultrasonografi dalam waktu 6-8 minggu untuk mengukur lagi besarnya kista. Jika kista berukuran besar (lebih besar dari 6 cm), maka kista ini kemungkinan tidak akan hilang sehingga biasanya perlu pembedahan.
Jenis perawatan dan pengobatan kista ini memang sangat tergantung dari pendeteksian awal yang dilakukan oleh dokter (dengan segala kelemahannya seperti yang diakui oleh Beh). Apabila kista diduga sebagai kista nonkanker maka dilakukan pengangkatan dengan laparoskopik (key-hole). "Ini adalah metode terbaik apabila juga didukung oleh ahli bedah yag terampil," kata Beh.
Namun apabila kista diduga sebagai kanker, pengobatan yang dilakukan adalah dengan melakukan metode buka yaitu mengangkat seluruh rahim, ovari atau saluran rahim. Metode ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa pasien sudah memiliki keluarga yang lengkap.
Artinya, metode pengangkatan ini akan mengakibatkan si wanita tidak akan bisa mempunyai keturunan lagi, sehingga sangat riskan dilakukan pada wanita yang belum menikah. (12) |
wiwh
BalasHapusTerima Kasih Atas Infonya Bang..
Sangat Membantu Sekali
Kebetulan Teman saya ada yang mengidap penyakit ini.... Doakan juga yach untuk kesembuhan temanku ini
Aku juga punya blog ^_^
http://www.indralasmana.co.cc/
Visit yah....
Ditunggu...