24 August 2009 188 views 3 Comments
Al-Qur’anul Karim merupakan wahyu terakhir Yang diturunkan kepada Nabi dan Rosul terakhir Nabi Muhammad SAW. Karena setiap kitab yang mengklaim dirinya sebagai wahyu yang diturunkan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, maka kitab tersebut harus berhasil lulus ujian perkembangan jaman.
Kebenaran suatu ajaran agama bisa dibuktikan melalui kebenaran wahyu yang termuat dalam kitab suci agama tersebut. Kebenaran itu tidak akan pernah lapuk (selalu relevan) seiring jaman yang terus berjalan. Bila ia (kitab suci) lapuk dan tidak relevan, maka agama itu tentulah agama yang palsu, keliru, sesat dan menyesatkan.
Masa dahulu memang terjadinya banyak peristiwa mukjizat. Segala puji Allah bahwa Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar. Pada masa perkembangannya, muslim ataupun non muslim menganggap bahwa Al-Qur’an merupakan literatur bahasa Arab terbaik yang diturunkan di atas permukaan bumi. Akan tetapi sekarang ini adalah jamannya ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Al-Qur’an bukanlah kitab ilmu pengetahuan melainkan kitab tentang tanda-tanda/ayat-ayat”, (Dr. Zakir Naik).
Terdapat lebih dari enam ribu ayat di dalam Al-Qur’an dan lebih dari seribu ayat di dalam Al-Qur’an yang berbicara tentang ilmu pengetahuan.
Berkaitan dengan Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan, artikel ini akan membahas tentang fakta-fakta ilmu pengetahuan yang sudah kokoh. Artikel ini tidak akan membahas tentang hipotesa dan teori-teori ilmiah yang didasarkan pada asumsi-asumsi belaka tanpa ada bukti-bukti yang kuat sama sekali, karena kita tahu bahwa ilmu pengetahuan sering kali mengalami kegagalan.
Anda tidak akan menemukan ketidakselarasan antara ayat-ayat Al-Qur’an dengan kebenaran ilmiah ilmu pengetahuan modern, karena semua ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan mengandung penjelasan logis yang sangat kuat. Mari kita teliti lebih jauh apakah apakah Al-Qur’an itu sejalan dengan ilmu pengetahuan modern.
“Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu pengetahuan adalah buta”, (Albert Einstein).
I. Astronomy.
Dalam bidang ilmu astronomi, para ahli menerangkan pada beberapa juta tahun yang lalu tentang bagaimana alam semesta ini terbentuk. Pandangan ilmuwan yang demikian dikenal dengan nama ‘Teori Big Bang’.
Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan.
Hal ini sebenarnya merupakan suatu paranamilla yang nantinya tersebut menjadi Big Bang yang muncul ke galaksi, bintang-bintang, matahari dan bumi yang kita tinggali ini. Informasi ini telah disampaikan dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiyaa 21:30,
“Dan apakah orang-orang yang ingkar itu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya langit dan bumi adalah keduanya terpadu, lalu kami pisahkan keduanya. Dan kami jadikan segala sesuatu yang hidup dari air. Maka apakah mereka tidak beriman?”.
Bayangkan, keterangan ilmiah yang baru kita ketahui akhir-akhir ini, ternyata sudah terdapat dalam al-Qur’an seribu empat ratus tahun yang lalu.
“dan dialah yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan, masing-masing beredar pada garis edarnya”, (Al-Anbiyaa, 21:33).
Al-Qur’an menyebutkan bahwa matahari dan bulan beredar didalam garis edarnya. Sekarang kita tahu bahwa matahari beredar dalam jangka waktu 24 jam untuk menyempurnakan satu hari.
Bahkan Edwar Harbord yang menemukan tentang alam semesta merupakan luas, ayat-ayat pengetahuan adalam Al-Qur’an mengatakan fenomena tersebut di dalam surat Adz-Dzariyat 51:47,
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan Kami dan esungguhnya Kamilah yang meluaskannya”.
Kata bahasa Arab ‘muusi’un’ mengacu pada makna ‘meluas’ atau alam semesta yang bertambah luas.
II. Siklus Air.
Al-Qur’an menggambarkan persoalan siklus air ini secara sangat rinci. Surat Ath-Thariq 86:11,
“Demi langit yang mengandung hujan.”
Dan semua komentar yang ada terhadap ayat tersebut mengatakan bahwa, ayat tersebut merujuk kepada kemampuan langit untuk menurunkan kembali air (hujan) yang sebelumnya menguap keatas (proses penguapan). Mengapa Allah tidak menyebutkannya secara khusus, yang berarti kemampuan langit untuk menurunkan kembali air (hujan) yang sebelumnya menguap?
Sekarang kita baru menemukan fakta ilmiah lain mengapa Allah tidak menyebutkan secara khusus. Hal itu dikarenakan lapisan ozonosphere (ozon) yang ada diatas permukaan bumi memiliki kemampuan untuk mengembalikan zat-zat dan energi lain yang bermanfaat, yang berasal dari bumi. Langit ternyata tidak hanya mengembalikan air hujan. Sekarang ini kita mendapati bahwa langit juga bisa mengembalikan gelombang-gelombang telekomunikasi dari televisi, radio dan sebagainya. Disamping itu langit juga bisa mengembalikan sinar-sinar yang berbahaya yang datang dari luar angkasa, sementara sinar-sinar yang bermanfaat (bagi kehidupan di bumi) diserap oleh lapisan langit bumi, misalnya sinar matahari.
Sinar ultra violet dari matahari diserap oleh lapisan ionosphere, maka kehidupan di bumi akan mengalami kepunahan. Jadi Allah SWT sungguh Maha Perkasa dan sangat akurat ketika Dia berfirman.
Di dalam La-Qur’an siklus air ada didalam surat An-Nur 24:43, Al-Ruum 30:47, Al-Zumar 39:21, Al-Mukminun 23:18, Al-Ruum 30:24, Al-Hijr 15:22, Al-A’raf 7:57, Al-Rad 13:17, Al-Furqan 25:28-29, Al-Fatir 35:9, Yaasin 36:34, Al-Jatsiya 45:5, Qaaf 50:9, Al-Waqiah 56:68-70, Al-Mulk 67:30. Al-Qur’an berbicara tentang siklus air secara sangat rinci.
III. Geology.
Dalam hal geology, kita saksikan pada sekarang, dimana para ahli geology mengatakan bahwa radius bumi adalah sekitar 3.750 mil dan lapisan-lapisan bumi yang lebih dalam lagi berupa zat yang sangat panas dan tidak mempunyai kehidupan didalamnya. Dan bagian permukaan bumi yang kita diami ini, ketebalannya adalah sangat tipis, hanya sekitar 1-30 mil saja. Sebagian lain ada yang lebih tebal, namun sebagian besar ketebalannya hanyalah antara 1-30 mil.
Dan peluang untuk terjadinya guncangan pada lapisan kulit bumi paling atas adalah sangat besar. Hal ini disebabkan oleh adanya ‘Fenomena lipatan’ (Folding Phenomenon) yang memunculkan jalur-jalur pegunungan dimana hal ini memberikan kestabilan terhadap bumi (dari guncangan)
“Bukankah kami telah menjadikan bumi terbentang, dan gunung-gunung itu sebagai pasak(nya)” (An-Naba’, 78:6-7).
Al-Qur’an tidak mengatakan gunung-gunung ditanamkan sebagai pasak. Kata ‘autaad’ dalam bahasa Arab berarti ‘pasak’. Pada jaman sekarang, kita menemukan fakta Geologi ilmiah yang menyatakan bahwa pegunungan memiliki akarnya yang menghujam kedalam permukaan bumi. Keterangan ilmiah ini baru diketahui pada pertengahan kedua pada abad ke-19. sementara sebagian perrmukaan yang kita saksikan pada sebuah gunung hanyalah sebagian kecilnya saja. Bagian yang lebih dalam terletak di bagian bawah bumi, mirip seperti pasak yang dihujamkan ke tanah. Yang anda bisa saksikan hanyalah bagian atasnya saja, sementara bagian besar lainnya terletak di bagian dalamnya, atau mirip juga seperti sebuah gunung es (ice berg), yang puncaknya terlihat sedikit namun 90% bagiannya terletak di bawah permukaan air .
“Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?” (Al-Ghasyiah).
Pada jaman sekarang ini, setelah ilmu geology mengalami kemajuan yang sangat pesat. “Berdasarkan teori Platektonik, yang ditemukan pada tahun 1960, teori tersebut menjelaskan tentang kemunculan jalur-jalur pegunungan”. Para pakar geology pada jaman sekarang ini mengatakan bahwa pegunungan berperan memberikan kestabilan terhadap bumi. Tak semua pakar geologi mengatakan demikian, namun banyak yang dari mereka mengatakan demikian. Dan jika anda membaca buku berjudul ‘The Eart’, buku yang menjadi acuan hampir semua universitas, salah seoarang pengarang ahlinya dalam bidang geologi, yakni Dr. Frank Press. Yang merupakan mantan Penasehat dari Mantan Presidan USA, Jimmy Carter, dan sekaligus merupakan penasehat dari Academy Of Science USA. Beliau menulis dalam bukunya tersebut “gunung-gunung menyelip dan memiliki akar-akarnya kedalam”.
“Dan Kami jadikan di bumi gunung-gunung yang kokoh supaya ia meneguhkannya …” (Al-Anbiya, 21:31).
“Dia menciptakan langit tanpa tiaang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia meletakkan gunung-gunung di bumi supaya bumi tidak menggoncangkan kamu …” (Luqman, 31:10).
“Dan Dia meletakkan gunung-gunung di bumi supaya tidak goncang bersama kamu …” (An-Nahl, 16:15).
Kegunaan adanya gunung didalam Al-Qur’an adalah untuk mencegah bumi dari mengalami kegoncangan-kegoncangan. Tidak ada didalam Al-Qur’an yang menyebutkan bahwa keberadaannya itu berguna untuk menjegah terjadinya gempa bumi.
IV. Oceanology.
Dalam bidang ilmu kelautan (Oceanology), Al-Qur’an menjelaskan.
“Dan Dialah yang mempertemukan dua laut; yang ini tawar lagi segar, dan yang ini asin lagi pahit. Dan Dia menjadikan diantara keduanya ada batas dan penghalang yang tak terlampaui” (Al-Furqan, 25:53).
“Dia mengalirkan dua laut yang keduanya bertemu. Keduanya ada batas yang tidak dilampauinya” (Ar-Rahman, 55:19,20).
Pada awalnya para komentator Al-Qur’an bertanya-tanya, “Apa yang sebenarnya yang dimaksud oleh Al-Qur’an tersebut?”. Kita paham air tawar dan air asin. Namun diantara keduanya ada penghalang, ketika kedua air bertemu, namun tidak bercampur.
Pada jaman sekarang, setelah berlangsungnya kemajuan ilmu geology, kita akhirnya menydari bahwa ketika suatu jenis air bercampur ke dalam jenis air yang lain, maka jenis air tersebut akan kehilangan unsur-unsur pokoknya dan bercampur dengan jenis air yang dituju. Terdapat ruang pertemuan antara kedua jenis air tersebut yang terbentuk garis miringyang disebut oleh Al-Qur’an dengan istilah ‘barzakh’ atau pembatas yang tidak tampak.
Keterangan ini disepakati oleh beberapa ilmuwan geology termasuk diantaranya ada yang berasal dari USA, yakni Dr. Hay. Beliau adalah seorang pakar ilmu kelautan.
Saat nabi Muhammad pada perjalannya ke Syria, mungkin saja dia telah menyaksikan fenomena tersebut di laut, atau bisa jadi dia telah berkomunikasi dengan para nelayan tersebut. Namun orang-orang pada waktu itu tidak mengetahui adanya semacam pembatas yang tidak tampak (unseen barrier), dan fenomena ini baru diketahui akhir-akhir ini saja.
Poin ilmiah yang perlu dicatat disini adalah kata ‘barzakh’, bukan persoalan tentang air tawar atau air asin.
Posted In: 1001 Dunia, Headline, Religi, Science | Tags: 1001, quran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar